Terkadang,
kita merasa kehilangan arah. Berjalan pada jalan yang kita pikir tidak
semestinya. Padahal, kita sendiri yang mengakui, bahwa jalan inilah yang dari
awal telah kita pilih untuk ditapaki. Memilih jalan ini, tapi tak berpikir
bahwa ini adalah jalan benar yang dipilih, semestinya tidak melalui jalan ini.
Hingga terkadang, dalam keramaian, kita merasa sepi, dan saat pemandangan di
setapak ini tak seperti yang kita bayangkan sebelumnya, lantas kita merasa
lengah. Jenuh pada situasi yang kita rasa tak pernah mengenakkan. Merasa
melalui jalan ini hanyalah sebuah keterpaksaan tanpa gairah.
Padahal,
bukankah jalan ini yang telah kita pilih sebelumnya? Terkadang, merasa benar
memang tak selamanya harus benar. Lihat sekeliling, kita tidak sendiri. Kita
bersama, kita berjama’ah, kita berjalan ke arah yang sama. Ada banyak saudara
yang masih mengiringi langah ini. Tak perlu ragu, tak perlu merasa sendiri.
Siapapun,
merasa animo dan gairah selalu datang terlalu awal. Orang bilang, hangat-hangat tahi ayam. Maka itulah
pentingnya kita menjaga semangat. Langkah pertama yang kita pilih bahwa kita
dibutuhkan di sini, perlu diteruskan. Bukankah bunga-bunga semangat untuk
merubah ada dengan begitu hebatnya di awal-awal perjuangan kita? Lalu mengapa
kini seolah hilang?
Kita yang
sudah melupakan semangat itu, atau semangat itu lenyap dengan semakin
terjebaknya hati pada daerah nyaman?
Orang
ingin melihat kerja besar kita, Saudraku. Sama seperti ketika pertama kali kita
datang, kita merasa dapat berguna banyak di sini. Kita memilih karena yakini
tempat ini juag telah memilih kita. Maka tunjukkanlah prestasi besar yang
pernah tercatat dalam tinta emas sejarah panjang dalam lembaran-lembaran CV-mu.
Terkadang, lembaran-lembaran CV tak lagi diperlukan ketika kita telah sampai di
lapang padang.
Lapang itu
digagahi oleh mentari terik yang tak sekedar panas, ia menyengat. Maka sejauh
mana mereka memandang adalah bukan dari bagaimana kita berteduh pada kejayaan
masa lalu. Mereka menuntut, bahwa dari panjang pengalaman kita, kita bisa
membuat gubuk sederhana, sumur yang tak perlu terlalu dalam, cukup dapat
memancarkan mata air. Kitalah yang di haruskan untuk memberi keteduhan. Bukan
sekedar berteduh dari lembaran-lembarang perjalanan yang hanya teronggok
bersama kertas-kertas sejarah.
Benar,
sejarah memberi kita teladan dalam banyak hal. Namun kita juga dituntut untuk
lebih bijak dalam menyikapi hidup bermasalah dalam bingkai keteladanan sejarah.
Haruskah kita selalu merasa bangga pada sejaarh panajng ummat ini yang bukan
hanya sukses besar melahirkan ulama-ulama kenamaan, pula memunculkan
ilmuwan-ilmuwan luar biasa. Bangga boleh, saudaraku. Namun jangan terlampau
terlena pada kemilau emas sejarah dituliskan. Masalah kita ada di depan, bukan
di belakang. Maka jangan cukupkan diri dengan berbangga diri, dan
membicarakannya berlualng-ulang. Munculkan ulama dalam dirimu. Lahirkan
generasi pemikir dalam hidupmu. Karena yang kita hadapi adalah kondisi di
depan. Mulailah berbenah, dan lihat ke
depan. Berjuanglah, karena kamu bisa.
Lalu, bila
kau bilang kau merasa sendiri di jalan ini, kau anggap apa kami selama ini? Apakah
sejarah panjang dulu menenggelamkan kami dihadapanmu, hanya karena panorama
jalan ini tak sesuai dengan apa yang kau bayangkan sebelumnya?
Aah, iya,
aku tahu maksud dari kesendirianmu.. di dunia sebelum ini, akupun kadang merasa
hal yang sama. Sedikitnya dukungan dari orang yang semestinya kita mintai dukungan. Keraguan dari orang
yang justru kepercayaannya adalah semangat besar bagi kita. Lantas, kita merasa
sendiri, merasa terkucilkan dalam perjalanan.
Kau pernah
dengar kisah masa lalu sahabat? Tentang kuda yang mersa tersingkir oleh
kehadiran kerbau dalam satu misi yang sama. Ia merasa sang majikan tak lagi
membutuhkan tenaganya dalam pekerjaan ini, mengangkat gerobak. Bila sang kerbau
yang menarik gerobak, tak banyak makian dan cambukan yang dilontarkan sang
majikan. Namun bila giliran kuda yang menarik gerobak, majikan tak segan
mengeluarkan umpatan-umpatan seolah ia marah. Majikan dengan ringan mencambuk
dan memukul-mukul pantat kuda seolah mengeluarkan seluruh amarah pada sang
kuda.
Kau paham
apa maksud sang majikan berbuat demikian? Karena potensi! Potensi kuda dalam
menarik gerobak jauh lebih besar dari pada kerbau. Maka sang majikan memberikan
dorongan dengan luar biasa untuk “memotivasi” kinerja Kuda agar potensinya
keluar dengan optimal.
Husnuzhan,
lah. Barangkali mereka menginginkanmu menjadi kuda alih-alih membiarkanmu
menjadi kerbau. Berbaik sangkalah barang kali itu adalah motivasi mereka
untukmu, cambukan mereka untukmu, agar kinerja dakwahmu jauh lebih optimal.
Karena mereka yakin, kau bukan anak manja seperti persepsimu tentang dirimu
sendiri.
Buanglah segala keraguan.
Karena jalan ini tak pernah
memaksamu memilihnya
Berjuang adalah jiwamu
Berjamaah adalah bagian hidupmu
Karena kau tak pernah sendiri
Buanglah segala kecemasan
Karena kita kan selalu bersama
Percayakan hatimu pada mereka
Yang jua mendamba kesuksesanmu
Menjauhlah dari segala prasangka
Berjuanglah,
Karena istiqamah tak menghampiri
pada keajegan
Bergeraklah,
Karena memperbaiki diri adalah
sumber hidayah
Jangan lupakan,
Kami mendukungmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar