Harus ku mulai dari mana
Kala hati semakin merana
Sementara sepi kian memaksa
Dia berkata; Aku harus berbicara
Beribu puisi telah aku rangkai
Beribu sajak telah aku urai
Mewakili hati yang sepi
Mewakili jiwa yang nyeri
Sementara siang kian meradang
Sebentar lagi berubah petang
Aku masih saja terdiam
Dengan pemikiran yang merajam
Sementara sepi kian memaksa
Agar aku lekas berbicara
Dan lantang dalam bersuara
Selayak hidup dalam dunia
Namun apalah daya
Aku bisu, Aku bungkam
Aku tetap diam
Dan mungkin selamanya diam
Rabu, 03 April 2013
Keraguan
Sering kali kau tanyakan padaku,tentang Cintaku,
Dan juga harapanku...
Sering kali juga ku jawab pertanyaanmu,
Cintaku hanya kamu...
Rasaku hanya untukmu...
Dan Harapanku adalah Ingin memilikimu...
Masihkah kau Ragu atas ketulusan Cintaku...
Atas semua perhatianku padamu...
Semua ku curahkan hanya Untukmu...
Jika memang kau ragu lupakan saja Aku...
Dari pada membuat beban Hatimu...
Keraguan menguasai Jiwamu...
Dan juga harapanku...
Sering kali juga ku jawab pertanyaanmu,
Cintaku hanya kamu...
Rasaku hanya untukmu...
Dan Harapanku adalah Ingin memilikimu...
Masihkah kau Ragu atas ketulusan Cintaku...
Atas semua perhatianku padamu...
Semua ku curahkan hanya Untukmu...
Jika memang kau ragu lupakan saja Aku...
Dari pada membuat beban Hatimu...
Keraguan menguasai Jiwamu...
Mungkin Suatu Saat Nanti Kau Temukan Bahagia Meski Tak Bersamaku
Karamnya cinta ini
Tenggelamkanku
Di duka yang terdalam
Hampa hati terasa
Kau tinggalkanku
Meski ku tak rela
Andre masih termenung dengan beribu pikiran yang tidak menentu. Galau menghinggapinya. Ia menyadari benar kenapa ini terjadi dan menimpa dirinya. Ia tidak tau kenapa sampai terjadi cinta yang seperti ini. Cinta yang sudah lama menghinggapinya kini kandas. Benar kata orang bahwa terkadang, kita tak akan pernah bisa merasakan indahnya dicintai dengan tulus, jika kita tak pernah disakiti. Palagi saat Naff mengalunkan lagunya yang begitu mengena di hati.
Hingga saat ini pun Andre tidak tau harus bagaimana lagi. Begitu indah sekaligus begitu menyakitkan. Tidak pernah diduga sebelumnya. Hatinya telah terbagi dua.
“Tiara,” Andre berguman sambil memandangi foto Tiara. “Apakah pantas aku mendampingimu? Kemana perginya kamu, Tiara? Tidak sudikah kau temui lagi sosok Andre seperti yang dulu, seperti pertama kali kita bersendau gurau, melepas tawa kita masing-masing?” Andre terus memandangi foto Tiara. Foto saat Tiara begitu manjanya sambil memegang batang Flamboyan minta difoto lewat kamera handphone Andre. Ah, begitu cantik. Andre tersenyum. Ya, lebih baik tersenyum karena kadang seseorang lebih memilih tersenyum hanya karena tak ingin menjelaskan mengapa ia bersedih.
Memang sudah terlalu lama Tiara mengisi kehidupan Andre. Mengisi hari-hari dimana Andre merasa kosong pada saat itu mungkin hingga saat ini. Tapi mengapa disaat seperti ini disaat Andre mulai mengenal sosok cewek yang begitu super justru malah Retna muncul ? Ah memang sulit untuk mengucapkan selamat tinggal pada seseorang yang kita cintai, tapi lebih sulit lagi ketika kenangan bersamanya tak mau hilang begitu saja.
“Retna, bersediakah kamu menggantikan Tiara?” batin Andre tiba-tiba terusik oleh bayang-bayang Retna di benaknya. Terus bergejolak. Bertanya-tanya. Mencari tau kemana hatinya kini ingin berlabuh. “Mengapa begitu sulit menghilangkan jejakmu Tiara. Malah semakin melekat disaat Retna hadir untuk mengisi kekosongan hatiku”
Lamunan Andre buyar ketika handphonenya berbunyi. Ada panggilan masuk. Dilihatnya darimana panggilan masuk itu.
“Retna..” Andre cepat-cepat menjawab panggilan dari seberang sana. “Hallo, ada apa Retna?”
“Ndre, kamu ada dimana?”
“Di rumah. Ada apa Ret?” suara Andre menyelidik
“Boleh aku meminta sesuatu padamu, Ndre?” pinta Retna dari seberang sana.
“Apa itu?” jawab Andre sedikit penasaran
“Temani aku ke Toko Buku ya? Harus mau, Ndre. Soalnya aku harus mendapatkan sebuah buku yang begitu penting banget”
“Kok maksa sih…?” aku mencoba mengelak
“Iya harus maksa. Pokoknya aku jemput sebentar lagi. Kamu siap-siap ya Ndre. Pokoknya mau ga mau harus mau. Oke sebentar lagi kujemput…”
“Ta…tapi Ret….”
Sudah terputus hubungan telponnya. Tinggal Andre yang kelabakan harus berbenah diri cepat-cepat. Soalnya Andre baru bangun tidur. “Ayo tersenyumlah, Ndre dalam mengawali hari, karena itu menandakan bahwa kamu siap menghadapi hari dengan penuh semangat!” begitu batin Andre menghibur diri di depan cermin.
Mereka berjalan bergandengan. Sepanjang perjalanan jemari Retna tak lepas begitu erat menggenggam tangan Andre. Tiba-tiba darah Andre berdesir hebat. Mengalir ke segala penjuru hingga sampai ke otaknya. Mulai panas. Matanya mulai sedikit berkunang-kunang. Lamunannya menerawang jauh hingga Retna mencubit pipinya. Andre tersadar…
“Auwww…sakit Ret…!”
“Digandeng cewek cantik malah melamun, bukannya malah senang. Tuh semua cowok pada mencuri pandang kearah aku. Kamu gak cemburu?” Retna begitu percaya diri berada di samping Andre.
“Maaf, Ret. Aku terlalu bahagia berjalan bergandengan bersama kamu” kata Andre membesarkan hati Retna.
“Sungguh?”
“Iya, sungguh. Makanya tadi aku melamun”
“Hmm….aku tersanjung, Ndre. Aku nyaman berada di samping kamu, Ndre” disandarkannya kepala Retna di lengan Andre. Retna tersenyum. Ada gurat bahagia di wajah Retna. Gambaran cinta telah meronai wajah Retna. Dan semakin eratlah pegangan tangan Retna ke lengan Andre.
“Andre…” tiba-tiba suara Retna menyapa Andre.
“Iya, ada apa Retna?” Andre memandangi wajah Retna. Wajah yang begitu cantik, polos terpancar binar cinta. Ah, Retna apakah benar kamu pengganti cintaku yang hilang? Apakah benar kamu cewek super pengganti Tiara?
“Apakah cintaku gak bertepuk sebelah tangan?” pertanyaan Retna langsung ke lubuk hati Andre yang paling dalam.
“Apakah kamu merasa bertepuk sebelah tangan?” Andre malah balik bertanya. Retna balas memandang wajah Andre. Mencari tau mungkin ada jawaban yang membahagiakan hati Retna.
Andre tersenyum. Dibelainya rambut Retna dengan penuh kasih sayang. Diusapnya air mata yang akan menetes dari sudut mata Retna.
“Dicintai dan disayangi kamu adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan padaku” Andre memberanikan diri untuk mengucapkannya.
“Dalam hati aku menanti, kuserahkan hati sebagai tanda ketulusan cinta” jawab Retna dengan mata berkaca-kaca bahagia.
Andre terbuai dalam dekapan cinta Retna. Melupakan segala kekusutan hati yang selama ini terbelenggu oleh cinta Tiara. Tiara yang entah kemana perginya. Membawa separuh hati Andre. Separuh hidup Andre. Separuh aku. Kata Noah dalam lagunya. Padahal Andre masih tidak percaya kalau ia kini menjadi kekasih Retna. Retna dalam penilaian Andre kini adalah cewek super yang telah begitu hebatnya menggeser bayang-bayang Tiara. Menepis angan-angan bersama Tiara. Retnalah yang kini mengisi cerita-cerita di dalam kehidupan Andre. Bait demi bait iramanya begitu indah disenandungkan oleh hati. Ah, ini benar-benar sebuah cerita cinta. Sebuah romansa yang bisa membuat Andre melupakan Tiara.
Pagi itu, Andre dikejutkan oleh suara panggilan dari Handphonenya. Andre cepat-cepat membukanya. Dari siapakah gerangan. Dilihatnya panggilan masuk dihandphonenya.
“Tiara…” Andre setengah terpekik. Jantungnya lebih cepat lagi berdetak. Hampir tak terkontrol. Ia coba menguasai dirinya.
“Halo….” Jawab Andre.
“Halo! Ini Andre…?” suara dari seberang sana.
“I..iyya….ini Ara….?” Suara Andre terbata.
“Iya…Andre…kamu dimana?”
“Di kamar, Ra. Kamu kemana aja, kok menghilang begitu aja?” Andre mulai memberanikan diri bertanya.
“Andre…maukah kamu menjemput aku di Bandara?”
“Iyyaa Tiara….jam berapa…?”
“Sekarang….! pokoknya aku tunggu sampai kamu datang…!”
Sebenarnya pikiran Andre berkecamuk. Terlintas wajah Retna manakala Andre menyetujui pertemuannya dengan Tiara. Ada rasa bersalah dalam diri Andre terhadap Retna. Sebuah pertemuan yang telah lama diimpikannya. Wajah yang telah lama menghilang tiba-tiba akan muncul kembali. Tiara, cewek super idam-idaman Andre. Cewek super yang telah pertama kali menggores hati Andre. Ah, benar-benar Andre ada dipersimpangan. Entah akan kemana hati Andre memilih jalan dipersimpangan itu.
“Ara….!” Panggil Andre setelah lama mencari-cari Tiara di Bandara.
“Andre….!” Balas Tiara.
Mereka saling berpelukan. Erat. Seolah tidak mau lepas. Kerinduan yang lama terpendam kini terbayar lunas.
“Ara, kamu semakin cantik” puji Andre setelah mereka duduk melepas lelah di lobby Bandara.
“Kamu juga semakin ganteng, Ndre” balas Tiara.
Kedua tangan mereka tak lepas saling genggam. Sepanjang pertemuan itu mereka lebih banyak diam. Lebih banyak hanya hati mereka yang saling bicara. Degup jantung mereka semakin cepat berpacu. Semakin menambah kegugupan mereka. Hanya saling bergenggaman tangan. Andre mencoba membelai rambut Tiara.
“Ara, apakah kamu selalu memikirkan aku disaat kamu jauh dari aku?” Andre mencoba membuka pembicaraan.
Tiara masih terdiam. Kemudian ia pandangi wajah Andre. Wajah yang pernah menghiasai kehidupannya. Begitu indah semaraki hidup Tiara kala itu.
“Sampai saat inipun aku gak pernah melupakan kamu, Ndre”
“Lalu kenapa kamu meninggalkan aku dan pergi begitu saja tanpa aku tau kemana perginya”
Tiara tidak langsung menjawab. Ia tertunduk. Mengalihkan pandangannya dari wajah Andre. Banyak yang ingin ia ceritakan. Tapi rasanya berat untuk menceritakan hal ini kepada Andre.
“Karena aku terlalu mencintaimu, Andre. Banyak mimpiku tentang kamu. Mimpi tentang cinta. Dan pada akhirnya sekarang aku baru merasa bahwa kamu adalah cintaku yang sejati” Dari lubuk hati Tiara, ia ungkapkan perasaan itu kepada Andre.
Andre kini yang terdiam. Diam karena Andre merasakan beban yang begitu berat. Cinta yang terkadang selalu memberikan solusi yang sulit kita terima. Karena ketika jatuh cinta, jangan berjanji tak saling menyakiti, namun berjanjilah untuk tetap bertahan, meski salah satu tersakiti.
“Ara, saat ini mungkin aku bukan lagi Andre yang seperti dulu. Bukan lagi Andre yang bisa memberikan kenyamanan, memberikan ketenangan dalam meraih mimpi-mimpi manismu” kata Andre memberanikan diri sambil memandangi wajah Tiara.
“Tidak Andre. Kamu sempurna. Sempurna dalam hatiku. Dalam cintaku. Kamu yang telah menciptakan mimpi-mimpi manis tentang cinta dalam hidupku. Kamu yang telah banyak mengajarkan bagaimana cara meraih mimpi-mimpi”
“Berhentilah mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai, lebih baik belajar dan persiapkan diri menjadi seorang yang pantas untuk dicintai”
“Kamu sudah tidak mencintai aku lagi, ya Ndre?” dekapan Tiara makin erat di lengan Andre. Seolah tidak mau kehilangan. Andre kini semakin kacau. Kemudian ia coba menenangkan Tiara dengan membelai rambut Tiara. Mengusap air mata yang menetes di pipi Tiara.
“Bukan itu, Ara. Aku masih menyayangi kamu. Aku masih mencintaimu. Tapi aku tak bisa memilikimu”
Tiara bisa memahami arah pembicaraan Andre. Tiara melepaskan dekapan Andre. Mencoba tegar dan menghapus air matanya yang membasahi pipinya.
“Kalau boleh tau, siapa cewek yang telah berhasil menaklukkan hatimu, Ndre?” Tanya Tiara sambil mencoba tersenyum kepada Andre.
Andre memandangi wajah Tiara. Ia balas senyum Tiara. “Ara, meski tak dicintai oleh seseorang yang kamu cinta, tak berarti kamu merasa tak berarti. Hargai dirimu dan temukan seseorang yang tahu itu”
Tiara merenungi kata-kata Andre. Tiara merasa Andre telah lebih dewasa kini. Andre benar-benar telah menjadi guru yang terbaik dalam hidup Tiara. Guru yang telah mengajarkan bagaimana caranya meraih mimpi-mimpi.
“Andre, jika kamu tulus mencintanya, jangan pernah hiasi matanya dengan air mata, telinganya dengan dusta, dan hatinya dengan luka” kata Tiara
“Ya, aku sangat mencintainya. Dialah Retna. Cewek super dalam kehidupanku. Aku tak bisa menghianatinya, Ara”
Tiara mencoba tersenyum. Mencoba berbesar hati. Ia pandangi wajah Andre. ”Benar, Ndre karena orang yang pantas kamu tangisi tidak akan membuatmu menangis, dan orang yang membuatmu menangis tidak pantas kamu tangisi. Selama ini aku meninggalkan kamu karena aku ingin menguji diriku kira-kira siapa cinta sejatiku kelak.”.
“Kamu pasti akan menemukan orang yang pantas mendampingimu”
“Terima kasih, Andre. Aku pasti akan sulit melupakan kamu”
“Cobalah, Ara. Karena satu pelajaran penting tentang patah hati adalah jika dia mampu menemukan cinta yang baru, begitu juga dirimu!”
“Iya, Ndre. Sekali lagi terima kasih karena pernah mencintaiku. Salahku kenapa dulu aku tak mempedulikan mimpi-mimpimu. Sekarang aku akan pergi menjauh dari kehidupanmu”
“Kemana?”
“Aku akan kembali ke Australia melanjutkan studiku. Orang tuaku telah menaruh harapan pada diriku”
“Selamat jalan, Tiara”.
Tiara melepaskan dekapannya. Kemudian berjalan menjauhi Andre. Tak sanggup Tiara memandang wajah Andre karena telah basah oleh air mata. Entah bagaimana perasaan Tiara saat itu karena Andrepun hanya mampu berdiri. Diam sambil memandang tubuh Tiara yang semakin menjauh.
“Selamat jalan Tiara, jangan terlalu lama menangisi yang telah pergi, karena mungkin nanti kamu akan bersyukur telah meninggalkan yang kamu tangisi saat ini” begitu doa Andre kepada Tiara.
Mungkin suatu saat nanti
Kau temukan bahagia meski tak bersamaku
Bila nanti kau tak kembali
Kenanglah aku sepanjang hidupmu…
Tenggelamkanku
Di duka yang terdalam
Hampa hati terasa
Kau tinggalkanku
Meski ku tak rela
Andre masih termenung dengan beribu pikiran yang tidak menentu. Galau menghinggapinya. Ia menyadari benar kenapa ini terjadi dan menimpa dirinya. Ia tidak tau kenapa sampai terjadi cinta yang seperti ini. Cinta yang sudah lama menghinggapinya kini kandas. Benar kata orang bahwa terkadang, kita tak akan pernah bisa merasakan indahnya dicintai dengan tulus, jika kita tak pernah disakiti. Palagi saat Naff mengalunkan lagunya yang begitu mengena di hati.
Hingga saat ini pun Andre tidak tau harus bagaimana lagi. Begitu indah sekaligus begitu menyakitkan. Tidak pernah diduga sebelumnya. Hatinya telah terbagi dua.
“Tiara,” Andre berguman sambil memandangi foto Tiara. “Apakah pantas aku mendampingimu? Kemana perginya kamu, Tiara? Tidak sudikah kau temui lagi sosok Andre seperti yang dulu, seperti pertama kali kita bersendau gurau, melepas tawa kita masing-masing?” Andre terus memandangi foto Tiara. Foto saat Tiara begitu manjanya sambil memegang batang Flamboyan minta difoto lewat kamera handphone Andre. Ah, begitu cantik. Andre tersenyum. Ya, lebih baik tersenyum karena kadang seseorang lebih memilih tersenyum hanya karena tak ingin menjelaskan mengapa ia bersedih.
Memang sudah terlalu lama Tiara mengisi kehidupan Andre. Mengisi hari-hari dimana Andre merasa kosong pada saat itu mungkin hingga saat ini. Tapi mengapa disaat seperti ini disaat Andre mulai mengenal sosok cewek yang begitu super justru malah Retna muncul ? Ah memang sulit untuk mengucapkan selamat tinggal pada seseorang yang kita cintai, tapi lebih sulit lagi ketika kenangan bersamanya tak mau hilang begitu saja.
“Retna, bersediakah kamu menggantikan Tiara?” batin Andre tiba-tiba terusik oleh bayang-bayang Retna di benaknya. Terus bergejolak. Bertanya-tanya. Mencari tau kemana hatinya kini ingin berlabuh. “Mengapa begitu sulit menghilangkan jejakmu Tiara. Malah semakin melekat disaat Retna hadir untuk mengisi kekosongan hatiku”
Lamunan Andre buyar ketika handphonenya berbunyi. Ada panggilan masuk. Dilihatnya darimana panggilan masuk itu.
“Retna..” Andre cepat-cepat menjawab panggilan dari seberang sana. “Hallo, ada apa Retna?”
“Ndre, kamu ada dimana?”
“Di rumah. Ada apa Ret?” suara Andre menyelidik
“Boleh aku meminta sesuatu padamu, Ndre?” pinta Retna dari seberang sana.
“Apa itu?” jawab Andre sedikit penasaran
“Temani aku ke Toko Buku ya? Harus mau, Ndre. Soalnya aku harus mendapatkan sebuah buku yang begitu penting banget”
“Kok maksa sih…?” aku mencoba mengelak
“Iya harus maksa. Pokoknya aku jemput sebentar lagi. Kamu siap-siap ya Ndre. Pokoknya mau ga mau harus mau. Oke sebentar lagi kujemput…”
“Ta…tapi Ret….”
Sudah terputus hubungan telponnya. Tinggal Andre yang kelabakan harus berbenah diri cepat-cepat. Soalnya Andre baru bangun tidur. “Ayo tersenyumlah, Ndre dalam mengawali hari, karena itu menandakan bahwa kamu siap menghadapi hari dengan penuh semangat!” begitu batin Andre menghibur diri di depan cermin.
Mereka berjalan bergandengan. Sepanjang perjalanan jemari Retna tak lepas begitu erat menggenggam tangan Andre. Tiba-tiba darah Andre berdesir hebat. Mengalir ke segala penjuru hingga sampai ke otaknya. Mulai panas. Matanya mulai sedikit berkunang-kunang. Lamunannya menerawang jauh hingga Retna mencubit pipinya. Andre tersadar…
“Auwww…sakit Ret…!”
“Digandeng cewek cantik malah melamun, bukannya malah senang. Tuh semua cowok pada mencuri pandang kearah aku. Kamu gak cemburu?” Retna begitu percaya diri berada di samping Andre.
“Maaf, Ret. Aku terlalu bahagia berjalan bergandengan bersama kamu” kata Andre membesarkan hati Retna.
“Sungguh?”
“Iya, sungguh. Makanya tadi aku melamun”
“Hmm….aku tersanjung, Ndre. Aku nyaman berada di samping kamu, Ndre” disandarkannya kepala Retna di lengan Andre. Retna tersenyum. Ada gurat bahagia di wajah Retna. Gambaran cinta telah meronai wajah Retna. Dan semakin eratlah pegangan tangan Retna ke lengan Andre.
“Andre…” tiba-tiba suara Retna menyapa Andre.
“Iya, ada apa Retna?” Andre memandangi wajah Retna. Wajah yang begitu cantik, polos terpancar binar cinta. Ah, Retna apakah benar kamu pengganti cintaku yang hilang? Apakah benar kamu cewek super pengganti Tiara?
“Apakah cintaku gak bertepuk sebelah tangan?” pertanyaan Retna langsung ke lubuk hati Andre yang paling dalam.
“Apakah kamu merasa bertepuk sebelah tangan?” Andre malah balik bertanya. Retna balas memandang wajah Andre. Mencari tau mungkin ada jawaban yang membahagiakan hati Retna.
Andre tersenyum. Dibelainya rambut Retna dengan penuh kasih sayang. Diusapnya air mata yang akan menetes dari sudut mata Retna.
“Dicintai dan disayangi kamu adalah anugerah terindah yang Tuhan berikan padaku” Andre memberanikan diri untuk mengucapkannya.
“Dalam hati aku menanti, kuserahkan hati sebagai tanda ketulusan cinta” jawab Retna dengan mata berkaca-kaca bahagia.
Andre terbuai dalam dekapan cinta Retna. Melupakan segala kekusutan hati yang selama ini terbelenggu oleh cinta Tiara. Tiara yang entah kemana perginya. Membawa separuh hati Andre. Separuh hidup Andre. Separuh aku. Kata Noah dalam lagunya. Padahal Andre masih tidak percaya kalau ia kini menjadi kekasih Retna. Retna dalam penilaian Andre kini adalah cewek super yang telah begitu hebatnya menggeser bayang-bayang Tiara. Menepis angan-angan bersama Tiara. Retnalah yang kini mengisi cerita-cerita di dalam kehidupan Andre. Bait demi bait iramanya begitu indah disenandungkan oleh hati. Ah, ini benar-benar sebuah cerita cinta. Sebuah romansa yang bisa membuat Andre melupakan Tiara.
Pagi itu, Andre dikejutkan oleh suara panggilan dari Handphonenya. Andre cepat-cepat membukanya. Dari siapakah gerangan. Dilihatnya panggilan masuk dihandphonenya.
“Tiara…” Andre setengah terpekik. Jantungnya lebih cepat lagi berdetak. Hampir tak terkontrol. Ia coba menguasai dirinya.
“Halo….” Jawab Andre.
“Halo! Ini Andre…?” suara dari seberang sana.
“I..iyya….ini Ara….?” Suara Andre terbata.
“Iya…Andre…kamu dimana?”
“Di kamar, Ra. Kamu kemana aja, kok menghilang begitu aja?” Andre mulai memberanikan diri bertanya.
“Andre…maukah kamu menjemput aku di Bandara?”
“Iyyaa Tiara….jam berapa…?”
“Sekarang….! pokoknya aku tunggu sampai kamu datang…!”
Sebenarnya pikiran Andre berkecamuk. Terlintas wajah Retna manakala Andre menyetujui pertemuannya dengan Tiara. Ada rasa bersalah dalam diri Andre terhadap Retna. Sebuah pertemuan yang telah lama diimpikannya. Wajah yang telah lama menghilang tiba-tiba akan muncul kembali. Tiara, cewek super idam-idaman Andre. Cewek super yang telah pertama kali menggores hati Andre. Ah, benar-benar Andre ada dipersimpangan. Entah akan kemana hati Andre memilih jalan dipersimpangan itu.
“Ara….!” Panggil Andre setelah lama mencari-cari Tiara di Bandara.
“Andre….!” Balas Tiara.
Mereka saling berpelukan. Erat. Seolah tidak mau lepas. Kerinduan yang lama terpendam kini terbayar lunas.
“Ara, kamu semakin cantik” puji Andre setelah mereka duduk melepas lelah di lobby Bandara.
“Kamu juga semakin ganteng, Ndre” balas Tiara.
Kedua tangan mereka tak lepas saling genggam. Sepanjang pertemuan itu mereka lebih banyak diam. Lebih banyak hanya hati mereka yang saling bicara. Degup jantung mereka semakin cepat berpacu. Semakin menambah kegugupan mereka. Hanya saling bergenggaman tangan. Andre mencoba membelai rambut Tiara.
“Ara, apakah kamu selalu memikirkan aku disaat kamu jauh dari aku?” Andre mencoba membuka pembicaraan.
Tiara masih terdiam. Kemudian ia pandangi wajah Andre. Wajah yang pernah menghiasai kehidupannya. Begitu indah semaraki hidup Tiara kala itu.
“Sampai saat inipun aku gak pernah melupakan kamu, Ndre”
“Lalu kenapa kamu meninggalkan aku dan pergi begitu saja tanpa aku tau kemana perginya”
Tiara tidak langsung menjawab. Ia tertunduk. Mengalihkan pandangannya dari wajah Andre. Banyak yang ingin ia ceritakan. Tapi rasanya berat untuk menceritakan hal ini kepada Andre.
“Karena aku terlalu mencintaimu, Andre. Banyak mimpiku tentang kamu. Mimpi tentang cinta. Dan pada akhirnya sekarang aku baru merasa bahwa kamu adalah cintaku yang sejati” Dari lubuk hati Tiara, ia ungkapkan perasaan itu kepada Andre.
Andre kini yang terdiam. Diam karena Andre merasakan beban yang begitu berat. Cinta yang terkadang selalu memberikan solusi yang sulit kita terima. Karena ketika jatuh cinta, jangan berjanji tak saling menyakiti, namun berjanjilah untuk tetap bertahan, meski salah satu tersakiti.
“Ara, saat ini mungkin aku bukan lagi Andre yang seperti dulu. Bukan lagi Andre yang bisa memberikan kenyamanan, memberikan ketenangan dalam meraih mimpi-mimpi manismu” kata Andre memberanikan diri sambil memandangi wajah Tiara.
“Tidak Andre. Kamu sempurna. Sempurna dalam hatiku. Dalam cintaku. Kamu yang telah menciptakan mimpi-mimpi manis tentang cinta dalam hidupku. Kamu yang telah banyak mengajarkan bagaimana cara meraih mimpi-mimpi”
“Berhentilah mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai, lebih baik belajar dan persiapkan diri menjadi seorang yang pantas untuk dicintai”
“Kamu sudah tidak mencintai aku lagi, ya Ndre?” dekapan Tiara makin erat di lengan Andre. Seolah tidak mau kehilangan. Andre kini semakin kacau. Kemudian ia coba menenangkan Tiara dengan membelai rambut Tiara. Mengusap air mata yang menetes di pipi Tiara.
“Bukan itu, Ara. Aku masih menyayangi kamu. Aku masih mencintaimu. Tapi aku tak bisa memilikimu”
Tiara bisa memahami arah pembicaraan Andre. Tiara melepaskan dekapan Andre. Mencoba tegar dan menghapus air matanya yang membasahi pipinya.
“Kalau boleh tau, siapa cewek yang telah berhasil menaklukkan hatimu, Ndre?” Tanya Tiara sambil mencoba tersenyum kepada Andre.
Andre memandangi wajah Tiara. Ia balas senyum Tiara. “Ara, meski tak dicintai oleh seseorang yang kamu cinta, tak berarti kamu merasa tak berarti. Hargai dirimu dan temukan seseorang yang tahu itu”
Tiara merenungi kata-kata Andre. Tiara merasa Andre telah lebih dewasa kini. Andre benar-benar telah menjadi guru yang terbaik dalam hidup Tiara. Guru yang telah mengajarkan bagaimana caranya meraih mimpi-mimpi.
“Andre, jika kamu tulus mencintanya, jangan pernah hiasi matanya dengan air mata, telinganya dengan dusta, dan hatinya dengan luka” kata Tiara
“Ya, aku sangat mencintainya. Dialah Retna. Cewek super dalam kehidupanku. Aku tak bisa menghianatinya, Ara”
Tiara mencoba tersenyum. Mencoba berbesar hati. Ia pandangi wajah Andre. ”Benar, Ndre karena orang yang pantas kamu tangisi tidak akan membuatmu menangis, dan orang yang membuatmu menangis tidak pantas kamu tangisi. Selama ini aku meninggalkan kamu karena aku ingin menguji diriku kira-kira siapa cinta sejatiku kelak.”.
“Kamu pasti akan menemukan orang yang pantas mendampingimu”
“Terima kasih, Andre. Aku pasti akan sulit melupakan kamu”
“Cobalah, Ara. Karena satu pelajaran penting tentang patah hati adalah jika dia mampu menemukan cinta yang baru, begitu juga dirimu!”
“Iya, Ndre. Sekali lagi terima kasih karena pernah mencintaiku. Salahku kenapa dulu aku tak mempedulikan mimpi-mimpimu. Sekarang aku akan pergi menjauh dari kehidupanmu”
“Kemana?”
“Aku akan kembali ke Australia melanjutkan studiku. Orang tuaku telah menaruh harapan pada diriku”
“Selamat jalan, Tiara”.
Tiara melepaskan dekapannya. Kemudian berjalan menjauhi Andre. Tak sanggup Tiara memandang wajah Andre karena telah basah oleh air mata. Entah bagaimana perasaan Tiara saat itu karena Andrepun hanya mampu berdiri. Diam sambil memandang tubuh Tiara yang semakin menjauh.
“Selamat jalan Tiara, jangan terlalu lama menangisi yang telah pergi, karena mungkin nanti kamu akan bersyukur telah meninggalkan yang kamu tangisi saat ini” begitu doa Andre kepada Tiara.
Mungkin suatu saat nanti
Kau temukan bahagia meski tak bersamaku
Bila nanti kau tak kembali
Kenanglah aku sepanjang hidupmu…
Kesedihan
Apakah perasaan ketika
membayangkan bila kita menjadi orang tua dari gadis cilik yang baru
berusia 6 tahun bernama Elena Desserich, yang telah disahkan terkena
kanker otak sejak usia 5 tahun.
Doktor yang menangani kes
sudah memberitahu Elena hanya boleh bertahan hidup mungkin dalam
beberapa bulan. Namun di balik ini semua gadis ini tetap saja ceria dan
menghabiskan sisa-sisa harinya dengan menulis dan menggambar corat-coret
seperti anak yang seusia Elena.
Elena, sebuah ketulusan cinta anak yang harus meninggalkan orang-orang yang mencintainya selamanya.
Sebenarnya Elena sudah
meninggal bulan Agustus tahun 2007. Namun baru-baru ini kedua orang tuanya
Keith 34 tahun dan Brooke 35 tahun serta adiknya Gracie yang ketika ini
berusia 5 tahun menemukan beberapa catatan dan gambar dari Elena yang
pernah dibuatnya semasa menanti ajal menjemputnya.
Sejak disahkan doktor Elena
mempunyai penyakit kanker otak pada tahun 2006 Elena hanya boleh hidup
hanya selama 135 hari saja. Keluarga kecil ini sangat ingin menghabiskan
sisa-sisa waktu bagi sang buah hati mereka dengan penuh kasih sayang
Saya benar-benar sangat tersentuh lagi lagi setelah melihat
gambar-gambar dan tulisan “saya mencintai mu ayah dan mama”. Hal itu
sangat menyentuh kalbu yang terdalam dari perasaan orang tua yang
ditinggal pergi oleh buah hati yang mereka sayangi,lebih -lebih lagi
anak itu seorang yang lucu dan periang. Elena yang sepatutnya masih
punya masa depan yang sangat panjang, namun Tuhan punya kehendak lain.
Puisi Untuk Ibu
Aku begitu mencintaimu aku begitu merindukan mu
Kau begitu indah dan sempurna dimataku
Pengorbananmu begitu tulus hingga aku sulit untuk membalasnya
Doaku selalu ku panjat kan untukmu
Kasih sayangmu begitu besar
Pelukkan mu begitu hangat hingga aku selalu terjaga dalam tidurku....
Ibu ibu ibu aku rindu kepadamu aku rindu saat kau membuaiku
dengan kasih sayang....
Ya Allah jagalah ibu ku di sisimu dan biakan lah ia merasakan surga mu
Ibu ibu ibu kau apa kah kah mendengarkan jeritan ini
Jeritan anakmu yang merindukan mu
Ibu berikan ketegaran untuk anak mu ini
Agar anakmu bisa terus seyum sepeti
Senyuman mu yang tulus....
Kau begitu indah dan sempurna dimataku
Pengorbananmu begitu tulus hingga aku sulit untuk membalasnya
Doaku selalu ku panjat kan untukmu
Kasih sayangmu begitu besar
Pelukkan mu begitu hangat hingga aku selalu terjaga dalam tidurku....
Ibu ibu ibu aku rindu kepadamu aku rindu saat kau membuaiku
dengan kasih sayang....
Ya Allah jagalah ibu ku di sisimu dan biakan lah ia merasakan surga mu
Ibu ibu ibu kau apa kah kah mendengarkan jeritan ini
Jeritan anakmu yang merindukan mu
Ibu berikan ketegaran untuk anak mu ini
Agar anakmu bisa terus seyum sepeti
Senyuman mu yang tulus....
Kenangan dan Kenyataan
Terdiam merenung sendu
Ku bersenandung rindu
Terbayang perjalanan waktu
Sebuah kisah masa lalu
Tiada lagi nyanyian surga
Tiada lagi penghibur lara
Tiada lagi damai dalam jiwa
Hanya ada Bintang penuh derita
Hanya ada Langit yang kian terluka
Seakan hendak berkata
Inilah nafas Kehidupanku
Senyuman pun kian membeku
Dalam dinginnya gelap hitam malam
Tangisan pun kian melarut pilu
Dalam harunya lautan malam
Seakan hendak bercerita
Inilah jejak yang harus kutempuh
Sanggupkah kulalui badai angin pasir rindu
Sanggupkah kulupakan indahnya sejuta pesona mimpi
Sanggupkah kulangkahkan kaki melewati panas inti bumi
Sanggupkah kubenamkan diriku dalam lautan kelam
Sanggupkah kubertahan dalam dinginnya hembusan angin salju
Hanya ada satu jawaban hati
Kan Kulalui dan kujalani dengan kasih murni setulus hati
Ku bersenandung rindu
Terbayang perjalanan waktu
Sebuah kisah masa lalu
Tiada lagi nyanyian surga
Tiada lagi penghibur lara
Tiada lagi damai dalam jiwa
Hanya ada Bintang penuh derita
Hanya ada Langit yang kian terluka
Seakan hendak berkata
Inilah nafas Kehidupanku
Senyuman pun kian membeku
Dalam dinginnya gelap hitam malam
Tangisan pun kian melarut pilu
Dalam harunya lautan malam
Seakan hendak bercerita
Inilah jejak yang harus kutempuh
Sanggupkah kulalui badai angin pasir rindu
Sanggupkah kulupakan indahnya sejuta pesona mimpi
Sanggupkah kulangkahkan kaki melewati panas inti bumi
Sanggupkah kubenamkan diriku dalam lautan kelam
Sanggupkah kubertahan dalam dinginnya hembusan angin salju
Hanya ada satu jawaban hati
Kan Kulalui dan kujalani dengan kasih murni setulus hati
Salam Perpisahan
Kini, hatiku tergores kesedihan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin membentang
Akankah semuanya jadi terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan
Hey masalalu, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu kenangan
Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
Namun untukku, janganlah kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam kehampaan
Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin membentang
Akankah semuanya jadi terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan
Hey masalalu, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu kenangan
Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
Namun untukku, janganlah kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam kehampaan
Karena rasa kangenku yang tidak kau harapkan
Senin, 01 April 2013
Sebuah Kenangan
Aku disini sendiri ditemani rasa sepi
Aku disini sendiri ditemani rasa sedih
Aku disini sendiri ditemani rasa benci
Dan aku disini sendiri ditemani rasa kerinduan
Aku tak tau harus kemana aku melangkah
Aku tak tau harus kemana aku berdiam
Hanya rasa sepi dan sedih
Hanya rasa benci dan kerinduan
Yang ku rasakan sekarang
Kamu mungkin tak pernah merasakan
Merasakan apa yang ku rasakan
Aku disini merindukan
Merindukan sebuah kenangan
Kenangan indah saat kita bersama
Kenangan indah saat kita bercanda
Mungkin mungkin mungkin
Mungkin itu semua hanya kenangan
Kenangan yang tak bisa ku lupakan
Kenangan yang akan menjadi kenangan
Kenangan yang akan tersimpan
Tersimpan dalam hati ini
Aku disini sendiri ditemani rasa sedih
Aku disini sendiri ditemani rasa benci
Dan aku disini sendiri ditemani rasa kerinduan
Aku tak tau harus kemana aku melangkah
Aku tak tau harus kemana aku berdiam
Hanya rasa sepi dan sedih
Hanya rasa benci dan kerinduan
Yang ku rasakan sekarang
Kamu mungkin tak pernah merasakan
Merasakan apa yang ku rasakan
Aku disini merindukan
Merindukan sebuah kenangan
Kenangan indah saat kita bersama
Kenangan indah saat kita bercanda
Mungkin mungkin mungkin
Mungkin itu semua hanya kenangan
Kenangan yang tak bisa ku lupakan
Kenangan yang akan menjadi kenangan
Kenangan yang akan tersimpan
Tersimpan dalam hati ini
Curhat Buat Sahabat
Terkadang,
kita merasa kehilangan arah. Berjalan pada jalan yang kita pikir tidak
semestinya. Padahal, kita sendiri yang mengakui, bahwa jalan inilah yang dari
awal telah kita pilih untuk ditapaki. Memilih jalan ini, tapi tak berpikir
bahwa ini adalah jalan benar yang dipilih, semestinya tidak melalui jalan ini.
Hingga terkadang, dalam keramaian, kita merasa sepi, dan saat pemandangan di
setapak ini tak seperti yang kita bayangkan sebelumnya, lantas kita merasa
lengah. Jenuh pada situasi yang kita rasa tak pernah mengenakkan. Merasa
melalui jalan ini hanyalah sebuah keterpaksaan tanpa gairah.
Padahal,
bukankah jalan ini yang telah kita pilih sebelumnya? Terkadang, merasa benar
memang tak selamanya harus benar. Lihat sekeliling, kita tidak sendiri. Kita
bersama, kita berjama’ah, kita berjalan ke arah yang sama. Ada banyak saudara
yang masih mengiringi langah ini. Tak perlu ragu, tak perlu merasa sendiri.
Siapapun,
merasa animo dan gairah selalu datang terlalu awal. Orang bilang, hangat-hangat tahi ayam. Maka itulah
pentingnya kita menjaga semangat. Langkah pertama yang kita pilih bahwa kita
dibutuhkan di sini, perlu diteruskan. Bukankah bunga-bunga semangat untuk
merubah ada dengan begitu hebatnya di awal-awal perjuangan kita? Lalu mengapa
kini seolah hilang?
Kita yang
sudah melupakan semangat itu, atau semangat itu lenyap dengan semakin
terjebaknya hati pada daerah nyaman?
Orang
ingin melihat kerja besar kita, Saudraku. Sama seperti ketika pertama kali kita
datang, kita merasa dapat berguna banyak di sini. Kita memilih karena yakini
tempat ini juag telah memilih kita. Maka tunjukkanlah prestasi besar yang
pernah tercatat dalam tinta emas sejarah panjang dalam lembaran-lembaran CV-mu.
Terkadang, lembaran-lembaran CV tak lagi diperlukan ketika kita telah sampai di
lapang padang.
Lapang itu
digagahi oleh mentari terik yang tak sekedar panas, ia menyengat. Maka sejauh
mana mereka memandang adalah bukan dari bagaimana kita berteduh pada kejayaan
masa lalu. Mereka menuntut, bahwa dari panjang pengalaman kita, kita bisa
membuat gubuk sederhana, sumur yang tak perlu terlalu dalam, cukup dapat
memancarkan mata air. Kitalah yang di haruskan untuk memberi keteduhan. Bukan
sekedar berteduh dari lembaran-lembarang perjalanan yang hanya teronggok
bersama kertas-kertas sejarah.
Benar,
sejarah memberi kita teladan dalam banyak hal. Namun kita juga dituntut untuk
lebih bijak dalam menyikapi hidup bermasalah dalam bingkai keteladanan sejarah.
Haruskah kita selalu merasa bangga pada sejaarh panajng ummat ini yang bukan
hanya sukses besar melahirkan ulama-ulama kenamaan, pula memunculkan
ilmuwan-ilmuwan luar biasa. Bangga boleh, saudaraku. Namun jangan terlampau
terlena pada kemilau emas sejarah dituliskan. Masalah kita ada di depan, bukan
di belakang. Maka jangan cukupkan diri dengan berbangga diri, dan
membicarakannya berlualng-ulang. Munculkan ulama dalam dirimu. Lahirkan
generasi pemikir dalam hidupmu. Karena yang kita hadapi adalah kondisi di
depan. Mulailah berbenah, dan lihat ke
depan. Berjuanglah, karena kamu bisa.
Lalu, bila
kau bilang kau merasa sendiri di jalan ini, kau anggap apa kami selama ini? Apakah
sejarah panjang dulu menenggelamkan kami dihadapanmu, hanya karena panorama
jalan ini tak sesuai dengan apa yang kau bayangkan sebelumnya?
Aah, iya,
aku tahu maksud dari kesendirianmu.. di dunia sebelum ini, akupun kadang merasa
hal yang sama. Sedikitnya dukungan dari orang yang semestinya kita mintai dukungan. Keraguan dari orang
yang justru kepercayaannya adalah semangat besar bagi kita. Lantas, kita merasa
sendiri, merasa terkucilkan dalam perjalanan.
Kau pernah
dengar kisah masa lalu sahabat? Tentang kuda yang mersa tersingkir oleh
kehadiran kerbau dalam satu misi yang sama. Ia merasa sang majikan tak lagi
membutuhkan tenaganya dalam pekerjaan ini, mengangkat gerobak. Bila sang kerbau
yang menarik gerobak, tak banyak makian dan cambukan yang dilontarkan sang
majikan. Namun bila giliran kuda yang menarik gerobak, majikan tak segan
mengeluarkan umpatan-umpatan seolah ia marah. Majikan dengan ringan mencambuk
dan memukul-mukul pantat kuda seolah mengeluarkan seluruh amarah pada sang
kuda.
Kau paham
apa maksud sang majikan berbuat demikian? Karena potensi! Potensi kuda dalam
menarik gerobak jauh lebih besar dari pada kerbau. Maka sang majikan memberikan
dorongan dengan luar biasa untuk “memotivasi” kinerja Kuda agar potensinya
keluar dengan optimal.
Husnuzhan,
lah. Barangkali mereka menginginkanmu menjadi kuda alih-alih membiarkanmu
menjadi kerbau. Berbaik sangkalah barang kali itu adalah motivasi mereka
untukmu, cambukan mereka untukmu, agar kinerja dakwahmu jauh lebih optimal.
Karena mereka yakin, kau bukan anak manja seperti persepsimu tentang dirimu
sendiri.
Buanglah segala keraguan.
Karena jalan ini tak pernah
memaksamu memilihnya
Berjuang adalah jiwamu
Berjamaah adalah bagian hidupmu
Karena kau tak pernah sendiri
Buanglah segala kecemasan
Karena kita kan selalu bersama
Percayakan hatimu pada mereka
Yang jua mendamba kesuksesanmu
Menjauhlah dari segala prasangka
Berjuanglah,
Karena istiqamah tak menghampiri
pada keajegan
Bergeraklah,
Karena memperbaiki diri adalah
sumber hidayah
Jangan lupakan,
Kami mendukungmu
BERTEMANKAN SEPI
Jariku menari mengilhamkan
Sebuah puisi kelukaan
Gurindam jiwa
Cinta dan airmata
Di kamar hati ini
Masih ada sembunyi
Kenangan yang tak mampu
Ku lemparkan jauh
Jariku menari melakarkan
Gambar kesayuan masa silam
Tinta bersulam biru
Warna kerinduan
Berkaca jernih ingatanku
Biarpun dikau telah jauh
Dari pandanganku
Manisnya pertemuan
Pahitnya perpisahan
Segala kini tidak dapat
Untukku bahasakan
Semua kini kaku
Tiada lagu merdu
Setiap madah baris kata
Bukannya lagi buatmu
Kini berteman sepi
Kini aku sendiri
Suka dan duka
Dalam meniti gelombang
Kembara panjang
Jauh melangkah pergi
Tidak menoleh lagi
Kenangan silamku
Tinggal tertulis kini
Dalam sebuah puisi
Jari ku menari membariskan
Puisi sebuah pengalaman
Gurindam jiwa cinta dan airmata
Di kamar sepi ini
Titisan membasahi
Dan aku tidak tahu
Pada siapakah untukku luah rasa
Sebuah puisi kelukaan
Gurindam jiwa
Cinta dan airmata
Di kamar hati ini
Masih ada sembunyi
Kenangan yang tak mampu
Ku lemparkan jauh
Jariku menari melakarkan
Gambar kesayuan masa silam
Tinta bersulam biru
Warna kerinduan
Berkaca jernih ingatanku
Biarpun dikau telah jauh
Dari pandanganku
Manisnya pertemuan
Pahitnya perpisahan
Segala kini tidak dapat
Untukku bahasakan
Semua kini kaku
Tiada lagu merdu
Setiap madah baris kata
Bukannya lagi buatmu
Kini berteman sepi
Kini aku sendiri
Suka dan duka
Dalam meniti gelombang
Kembara panjang
Jauh melangkah pergi
Tidak menoleh lagi
Kenangan silamku
Tinggal tertulis kini
Dalam sebuah puisi
Jari ku menari membariskan
Puisi sebuah pengalaman
Gurindam jiwa cinta dan airmata
Di kamar sepi ini
Titisan membasahi
Dan aku tidak tahu
Pada siapakah untukku luah rasa
Langganan:
Postingan (Atom)